Jumat, 05 Desember 2008

PANIK

Seperti sore yang lalu, dari kantorku Slipi aku meluncur ke Cawang dengan P9, bis kota yang nggak pernah sepi penumpangnya, bahkan terlampau berjubel setiap harinya. Apalagi jam-jam sore gitu, semua orang cepet-cepetan pengen pulang dari kerjanya.

Namun meski penuh sesak gitu, karena naiknya dari Slipi, jadinya ya lumayan juga bisa dapat tempat duduk n pasti selanjutnya sekalian istirahat di jalan alias terlelap sampai tak terasa selalu bangun pas semua penumpang pada turun di UKI.

Dua hari ini P9 yang kutumpangi hanya menurunkan penumpangnya di tikungan Cawang, karena buru2 mau ke poolnya, padahal mustinya ngelewati terowongan dekat pangkalan 59, inimembuatku jadi jalan kaki yang lumayan jauh buat melanjutkan perjalanan ke rumah dengan airbus 59 tersebut.

Entah kenapa biasanya semangat 45 untuk jalan ke pangkalan, dua hari ini kok lenyap begitu saja. Males rasanya mau jalan, n maunya memanjakan diri dengan naik ojeg aja ke pangkalan 59 itu.

Sebenarnya antara mau dan enggak sih, nyamperin ojegnya. Kebetulan kemaren pak ojeg menawarkan diri, aku juga jadi pura2 jual mahal dengan menawaran ongkosnya 3000 aja, sampai pangkalan 59.

Dalam hati, paling gak mau karena biasanya ongkos ke sana 5000.

Setelah nawar gak ditanggepin dengan berat hati, aku ngeloyor aja hendak naik jembatan penyebrangan yang ada di dekat situ.

Capek deh, dalam hatiku aku mengeluh. Namun ternyata, tiba2 dari belakang pak ojeg tadi kok nyamperin n nyuruh aku segera naik, alias tawaranku diterima."Alhamdulillah..." dalam hatiku.

Sore ini ketika aku harus jalan lagi dari tikungan yang kemaren ke pangkalan 59, aku coba cari lagi pak ojeg yang kemaren itu, dengan harapan gak cape2 lagi nyebrang jauh ke pangkalan 59.

Alhamdulillh, ketemu n sepakat dengan 3000nya seperti kemaren. Tapi ketika turun, aku cari2 ribuan 3 lembar di saku tasku kok agak susah?! Aduh, mana gelap, n tiba2 dari belakang sang 59 yang biasa parkir di tempatku berhenti tadi sudah kasih tanda2 agar pak ojegnya segera minggir atau pergi dari area situ, karena dia musti parkir disitu.

Waduh, aku jadi makin panik n cepat2 kasih uang 3 lembar ke pak ojegnya. Sambil masih pegang selembar 10.000 di tangn kiriku, aku berharap tak salah memberikan jumlah uang ke tukang ojeg itu.

Namun ketika aku masukkan kembali ke kantong tasku lagi, aku lihat juga ada uang 50ribuan disitu, n aku baru ingat kalau memang ada 2 lembar uang 50ribu dalam saku tas selempangku itu. Penasaran, kukeluarkan semuanya,

"Lho kok cuma ada satu ya?! Bukannya tadi ada 2 lembar?!"

Barulah kusadari, kalau yang selembar itu, pasti aku telah salah kasih ke pak ojegnya, karena kukira uang seribuan.

Waduh, rasanya sayang banget deh, rugi 49.000 kan banyak? Aku sudah naik di angkutan 59 yang baru terisi beberapa orang sore itu.

Hatiku bener2 gak enak, mikirin uang 50 ribuku yang kebawa pak ojeg itu. Rasanya ingin turun dan mencari ke tempat aku naik ojeg tadi, mumpung masih di lokasi yang dekat situ, pikirku.

Spontan akupun segera turun dan berpikir mencari tumpangan ojeg lain untuk kesana lagi. Bingung juga jadinya karena memang gak ada ojeg disitu?! Aku lihat di sudut para sopir dan pengurus 59 nongkrong, ada sepede motor yang sedang diparkir. Kalau saja bisa kupinjam, pasti aku pakai sebentar mancari pak ojeg yang kumaksud. Tapi gimana ngomongnya ya?!

Akhirnya, aku coba beranikan diri untuk ngomong ke seseorang disitu yang paling merasa kukenal. Aku ceritakan kejadian singkatnya padanya. Dia mendekat dan mendengar ceritaku sambil manggut2 dan dahinya jadi berkerut. Tapi belum sempat aku menyampaikan maksudku yang sebenarnya, tiba2 tanganku disenggol orang dari belakang sambil menyerahkan selembar uang dan bilang, "ini, uangnya salah kasih 50ribu" katanya.

Subhanalloh, alhamdulillah, walaa ilaha ilallah..." oiya, terima kasih banyak pak!"

Dengan senang hati dan penuh keharuan aku terima kembali uang 50ribuku yang tadinya memang sempat menjadi beban pikiranku itu, ternyata pak ojeg yang baik hati itulah yang mengantarkannya kepadaku. Setelah kutambahi ongkos ojegnya seperti yang diminta sebelumnya, diapun pergi dengan perasaan yang sangat lega.

Aku kembali masuk ke 59 yang telah menungguku dengan perasaan yang juga sangat plong, tentunya! Aku bersyukus ya Alloh, atas nikmat yang kau berikan padaku sore hari ini. Betapapun sering kali aku mengalami kejadian yang tidak menyenangkan karena ditipu orang, kali ini Allah benar2 menujukkan bukti kepadaku bahwa ada sebuah kejujuran yang kutemukan di sebuah tempat yang memungkinkan ketidak jujuran itu terjadi.

Pelajaran yang sangat berharga bagiku, tentang bagaimana kita musti pandai menilai orang lain dengan nurani yang jernih dan tajam.

Subhanalloh..., "semoga Allah berikan rezki yang berlimpah kepada pak ojeg yang baik hati itu, dan kehidupan yang bahagia bagi keluarganya, baik di dunia dan akherat kelak".

Amin....

4 komentar:

Nyante Aza Lae mengatakan...

itulah yang namanya rejeki khan pak??

Nyante Aza Lae mengatakan...

mumpung masih pagii...sorry ya mbakk...tak pikir cowoq niy yg punya rumah...xiii..xii

si kerudung biru mengatakan...

ada bapak-bapak juga kok disini yang suka nulis di blog ini

soalnya ini blog keluarga
jadi ada suami dan anak-anak yang nulis di blog ini

soalnya aku paling nggak sempat untuk nulis2

kadang tak tulis pakai note pad kemudian di masukin disini oleh bukan aku

hi...hi...hi

Eko Eshape mengatakan...

aku suaminya
[ngacung]

salam