Jumat, 26 Desember 2008

Kotak itu namanya PARTAI

Obat bius yang paling manjur ternyata ada pada suara khotib yang kurang pandai membawakan khotbahnya dan bertemu dengan jamaah sholat Jumat yang kurang konsentrasi.

Aku pernah merasakan betapa nikmatnya mendengar suara khotib yang bicara muter-muter dan disampingku terdengar suara dengkuran berirama [kadang lembut dan kadang keras] dari seorang jamaah yang kecapekan mendengar suara khotib.

Hari ini, aku mandi lengkap, semua sudut tubuhku kubersihkan dengan penuh perhatian, demikian juga sepasang kumis tipisku sudah kucukur habis. Alhamdulillah, khotib di Masjid dekat rumah memberikan khotbah yang ringan dan sangat berisi, sehingga semua jamaah terlihat menyimak dengan penuh khidmat.

Masjid dekat rumah ini, kata beberapa teman, dulunya didirikan oleh para aktivis dari sebuah partai politik yang berlambang matahari biru, dan sekarang diisi oleh aktivis dari partai Islam yang sedang populer karena menjadikan mantan presiden sebagai salah satu guru bangsa. Benarkah semua ini? Aku tidak pernah ambil pusing.

Kadang aku tertawa sendiri [minimal tersenyum] mendengar cerita tentang aktivitas masjid ini yang selalu dikomentari dari berbagai sudut pandang. Akibatnya seperti kumpulan orang buta yang bercerita tentang seekor Gajah.

Aku sendiri pernah ikut olah raga Minggu pagi di masjid ini, beberapa bulan kemudian baru aku tahu bahwa olah raga yang kuikuti adalah olah raga "khas" partai tertentu. Bagiku sih nggak masalah siapapun partainya, yang penting kan sehatnya.

Kotak-kotak partai telah membuat umat Islam kadang-kadang seperti ditempatkan dalam medan perang yang saling berhadapan. Kalau umat Islam berhadapan dengan musuh beneran sih jelas ada ayatnya, tapai kalau sesama umat Islam saling berhadapan tentu sangat disayangkan.

"Sesungguhnya Allah telah membeli orang-orang mukmin, diri, dan harta mereka dengan memberikan jannah untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an (Q.S At Taubah:111)

Ayat diatas tentu sangat tidak cocok diterapkan untuk kaum muslim yang di beberapa tempat terlihat saling gontok-gontokan memperebutkan "kursi dunia" [atas nama partai bukan atas nama Allah swt].

Lalu apakah sebaiknya umat Islam tidak usah berpolitik?

Bukankah politik telah membuat tidak lagi ada musuh abadi atau kawan abadi, yang ada hanya kawan dalam kesamaan pandangan sesaat atau musuh dalam pandangan sesaat. Jika pandangan berubah, maka kawan bisa jadi lawan dan kawanpun bisa berubah menjadi lawan.

Politik telah membuat umat Islam menjadi terkotak-kotak. Kesamaan saat menghadap kiblat bisa berubah menjadi ketidak-samaan begitu bicara masalah politik.

Beberapa "tokoh" muslim bahkan ada yang memilih golput atau malah menganjurkan golput. Semua itu demi menjaga ukhuwah islamiyah, katanya.

Kawanku, seorang muslim yang tidak ikut partai manapun sering geleng-geleng kepala melihat fenomena ini. Kamipun sepakat, bahwa politik seberapapun "kotornya" sebenarnya ada juga sisi manfaatnya bagi umat Islam.

Apa jadinya jika semua umat Islam tidak berpolitik dan memilih golput?

Beberapa skenario bisa terjadi, misalnya sebagai berikut :
  1. Pemilu dianggap gagal dan biaya pemilu yang "gedhe banget" terbuang percuma [mubadzir].
  2. Pemilu dianggap sukses dengan kemenangan telak dari partai yang mempunyai pandangan politik non muslim
  3. Ada daerah pemilihan yang tidak punya pemenang, karena semua penduduknya memilih golput [mungkin nggak ya?]
  4. Lain-lain [silahkan isi sendiri].

Aku jadi ingat ayat ini.

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. Sebagaimana Dia menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya dan benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir setelah janji itu, maka merekalah orang-orang yang fasik(Q.S An-Nur:55)

Surat An-Nur ini memberiku pencerahan. Sebuah cahaya yang adem merasuki hatiku dan rasanya aku harus menentukan pilihan untuk mensukseskan pemilu 2009. Aku akan mempercayakan suaraku untuk partai yang ditunjukkan Alah swt.

Aku harus menghadap padaNya untuk meminta petunjuk, partai mana yang harus kucoblos. Aku tidak ahli politik, jadi biarlah para politikus Islam ahli yang berkecimpung di dunia kepartaian, kita doakan sama-sama untuk tetap "istiqomah" menjaga dirinya. Agar para politikus itu tetap berpegang pada tali allah.

Insya Allah doa tulus kita diterima Allah swt.
Amin.

Mari kita hargai pandangan politik saudara muslim kita, tidak perlu menyerang mereka tanpa memberi solusi. Mari kita sampaikan solusi saja, bila menurut padangan kita ada yang perlu diperbaiki oleh saudara-saudara muslim kita.

Kalau solusi kita tidak diterima, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Ya, kita doakan saja Allah swt membuka mata hati mereka, agar mau menerima solusi kita [atau jangan-jangan solusi kita yang salah?]

Insya Allah, semua menjadi amalan baik kita.
Insya Allah, kotak [partai] itu tidak membatasi persaudaraan kita dengan sesama muslim.
AMin.


ditulis di hari libur akhir tahun [hari kedua] oleh eko.eshape@gmail.com
blognya sendiri ada di http://eshape.blogspot.com/

Kamis, 18 Desember 2008

Angka Ajaib

Sehabis sholat maghrib kembali kukumpulkan anak-anakku.

"Ayuk kita main angka ajaib", kataku.
"Ambil kertas dan ballpoint. Semua ikut main ya?"

Anak-anak tidak menjawab. Mereka masih menebak-nebak, apa yang dimaui bapaknya kali ini.

"Ibu juga ikutan. Ayuk nak , ambil kertas dan ballpoint"

Nah, kelihatannya bapak serius ngajak main nih. Soalnya biasanya Ibu gak pernah diajak ikutan main.

Pasti ada yang berbeda kali ini, begitu mungkin pikir anak-anakku.

Lita akhirnya bergerak untuk mengambil kertas. 2 lembar kertas kita potong, sehingga menjadi 4 potong kertas.

Lilo mengambil tas [beratnya] dan mengeluarkan beberapa ballpoint dari dalamnya.

"Wuih... banyaknya ballpoint LiLo", kataku dan LiLopun tersenyum malu-malu [sambil mbagiin ballpoint].

"Pertama, pilih tiga angka dari 1 sampai dengan 9, kemudian susun menjadi sebuah angka ratusan. Syaratnya angka pertama kecil dan angka kedua lebih besar, demikian juga angka ke tiga adalah yang paling besar. Oke?"

Anak-anakpun mulai menulis tiga angka sesuai kemauan mereka, demikian juga ibunya ikut-ikutan menulis.

"Sekarang dibawahnya tulis angka kebalikannya. Kemudian dari dua angka itu pilih yang paling besar dan tulis di baris ke tiga. Oke?"

Anak-anak dan ibunya kembali menulis.

"Baris ke empat tulis kebalikan angka yang ada di baris ke tiga, kemudian baris ke lima tulis selisih antara baris ke tiga dan ke empat"

"Sekarang baris ke enam tulis kebalikan baris ke lima. Oke?"
"Jumlahkan baris ke lima dan enam, maka hasilnya pasti 1.089. Benarrrrr?"

Anak-anak pada ketawa terheran-heran. Kok dari angka yang berbeda, hasilnya semua bisa sama ya.

"Jadi, meskipun kalian, anak-anakku tercinta, punya angka berbeda-beda, punya sifat yang berbeda-beda, tetapi kalau mau menurut aturan yang kuberikan, maka hasilnya adalah sebuah tujuan yang sama", kataku sok menggurui.

Kelihatannya anak-anakku memahami maksud permainan angka ini. Kita boleh berbeda pendapat, tetapi harus punya tujuan yang sama. Kalau kata LiLo, tujuan hidup adalah menunggu panggilan Allah dengan bekal yang cukup.

"Oke, kita coba lagi permainan angka yang lain"

"Siap? Kita mulai. Pilih satu angka favorit kalian, kemudian kalikan angka favorit masing-masing dengan angka 2, setelah itu tambahkan angka 8. Udah? Bagilah angka itu dengan angka 2, kemudian kurangi dengan angka pertama yang kalian pikirkan tadi"

"Bila hasil angka kalian 1, maka tulis nama negara yang berawalan A, kalau 2 berawalan B, kalau 3 berawalan C dan kalau 4 berawalan D. Oke? Ini harus cepat"

Anak-anakpun dnegan cepat mengikuti aturan yang kuberikan.

"Sekarang huruf ke dua dari negara itu jadikan awalan nama binatang. Oke? Sekarang tunjukkan nama negara dan nama binatang yang kalian tulis"

"He...he...he... semuanya nulis Denmark dan Elang ya?"

Kamipun tertawa bersama.

Malam itupun berlalu dengan indah, akupun tidur dengan nyenyak dengan penuh rasa syukur.


“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim : 6)
========================================= eko.eshape@gmail.com

Sabtu, 13 Desember 2008

LUNAS

"Aku mirip BCL nggak nak?", kataku pada anak-anakku
"Ih...bapak narjong....", komentar lagsung dari si mbarep
"Iya tuh, wajahnya licin kayak kaca...!", kata si bungsu, sambil cekikikan

Kalau si tengah cuma senyum aja, baru kemudian ngomong,"Bapak pakai PO**S ya?"

Akupun tersenyum dan bergaya ala BCL di depan mereka.

Itulah memang yang dibutuhkan oleh seorang ayah dari anak dan istrinya, suasana hangat dan senyuman yang tulus dari bibir-bibir mereka.

Rasanya penat dan capek jadi hilang, bila kita bisa melihat seulas senyum yang tulus dari anak-istri kita.

Sebuah senyuman saja, sudah lebih dari cukup sebagai pengganti segelas susu telur madu. Khasiatnya sudah bisa membuat badan jadi segar.

Sore ini aku memang berniat untuk mendapatkan senyum itu dengan berbagai cara. Yang pertama adalah mejalankan anjuran si mbarep untuk kampanye Go Green, sekalian membayar lunas hutangku membuatkan nasi goreng untuknya.

Jadi aku cari tas Go Green dan pergi ke warung untuk cari bumbu masak. Enaknya memang "ngulek" sendiri bumbu itu, tetapi dalam suasana tidak ada istri di rumah dan mau cepetan, maka dipilih model "instan", beli bumbu!.

Anak mbarepku ini memang sangat berselera dengan nasi goreng. Pernah diajak ke restoran yang mahal, yang dipesan tetep juga "nasi goreng".




Begitulah, sepulang dari warung, kami ber-empat ada di dapur yang sempit. Seperti biasa, kutanya mereka,"hari ini kita pakai menu nomor berapa? 43 ya?". Nah , ini pertanyaan standard.

"Menu nomor 56 aja pak", ini juga jawaban standard
"Lho menu 43 ama 56 itu kan sama persis, bedanya yang satu kering dan satunya airnya lebih banyak", nah jawaban ini sudah mulai masuk improvisasi.

Kamipun tersenyum bersama, karena sejatinya tidak ada menu bernomor di rumah ini. Rasanya tiap keluarga punya istilah khas di rumahnya, yang akan terasa asing di rumah oran lain.

Dulu waktu aku ndongeng tentang putri Cinderela, maka karena gak apal dengan nama putri lain yang hidup serumah dengan Cinderela, kunamai saja mereka dengan nama putri Cindil CIlik dan Cindil Lawas.

Akibatnya, ketika anak-anak nonton film itu di rumah tetangga langsung berkomentar, bahwa nama yang ada di film itu salah [he..he..he... mereka ternyata lebih percaya pada bapaknya dibanding dengan film].

Ini membuktikan, bahwa pendidikan pada anak-anak memang harus dimulai sejak dini, dan dengan cara yang benar, karena nilai-nilai yan ditanamkan sejak kecil itulah yang akan terus menjiwai langkah mereka di kemudian hari.

Dapur inipun makin riuh rendah dengan tingkah kami. Ada sepanci daging, dua pring nasi, dua butir telor dan empat mie instan, yang maunya dimasak secara bersamaan, jadinya harus ditentukan yang mana yang masuk ke panci duluan.

Tak terasa akhirnya masaklah masakan kami. Langsung saja kita berebut ambil piring dan langsung mengambil "menu nomor 43/56" dari tempat penggorengan.

Tentu saja aku yang terakhir ngambil. Mungkin memang begitu rumus anak model sekarang ya. Coba kalau jaman dulu, wah sebelum bapak selesai mengambil jatahnya, pasti anak-anak akan dilarang ibunya untuk ngambil jatah.

Demokrasi, sudah mulai diterapkan di keluarga modern. Semua anggota keluarga punya hak yang sama, yang membedakan malah kewajibannya. Semua punya hak untuk makan dengan cukup dan orang tua punya kewajiban untuk menyediakan makanan itu.

Setiap selesai makan, rasanya sebuah kewajiban telah dilunasi, dan kemudian kewajiban lain sudah menunggu untuk dilunasi.

Sesungguhnya dalam hidup ini, tidak ada kata istirahat, karena setelah sesuatu kewajiban diselesaikan akan muncul kewajiban lain yang menunggu untuk diselesaikan juga.

Sehabis menunaikan sholat Subuh, maka beberapa waktu ke depan sudah menunggu sholat dhuhur untuk ditunaikan. Begitu seterusnya.

Firman Allah sangat indah untuk menggambarkan kehidupan ini.

"Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu?
dan telah kami hilangkan beban darimu,
yang memberatkan punggungmu?
Dan tinggikan bagimu sebutan namamu?
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.
sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai dari sebuah urusan,
kerjakanlah sungguh-sungguh urusan yang lain.
Dan hanya Tuhanmulah tempat kamu berharap."

(Q.S alam Nasyrah : 1-8)


Jadi marilah kita pasang senyum kita untuk menyelesaikan semua urusan yang menjadi kewajiban yang ada di hadapan kita.

Kata LUNAS yang harus kita cari dan terus dicari, karena masih banyak kata LUNAS di depan kita.

Kata LUNAS itu akan selesai saat kita dipanggil Tuhan untuk mempertanggung jawabkan pelunasan yang sudah kita perbuat selama hidup ini. Aku jadi inget kultum LiLo [anak ragilku], bahwa tujuan hidup kita ini, jangka panjangnya, adalah mengahdap Tuhan dengan bekal yang cukup.

Terima kasih LiLo.

ditulis oleh suamiku
eko.eshape@gmail.com

Jumat, 12 Desember 2008

Masih suasana YoGyA1212

Masih di hari ultah perkawinan, kukumpulkan semua anggota keluarga. Kuajak mereka duduk di ruang tamu dan mulailah aku ceramah.

Maksudku sih bukan ceramah tapi mencoba mendengar apa keinginan mereka, anak-anakku tersyang. Cuma kadang-kadang aku dianggap ceramah, soalnya kepanjangan ngomongnya dan banyak nasihatnya [he..he..he.. gitu ya nak?]

Ibunya sih maunya kita keluar makan sama-sama, karena memang sengaja tidak masak hari ini. Di meja adanya memang cuma satu sop tulang yang sudah berumur sehari dan tinggal untuk satu porsi saja.  Kemudian ada satu plastik bakso [beli di cawang 'kali].

Ternyata ide "makan di luar" ini menthok, Tengok saja, Lilo maunya makan Pitza, kakanya [Haslita Nisa] maunya bakso ceker, sedangkan si mbareb [Luluk Tresnaningtyas] maunya tetep standard, nasi goreng buatan bapaknya.

Akhrinya "win-wn solution", dilakukan hal seperti ini. Bapak harus pergi berduaan dengan ibu untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

  1. Beli pitza, ukuran sedang [medium] di Paparon.
  2. Beli bakso ceker di ruko Anggrek
  3. Kampanye Go Green [maksudnya mbawa tas Go Green terus beli kelengkapan bumbu nasi goreng di Alfa]
Ternyata hanya permintaan nomor satu yang terlaksana. Pitza !



Bakso sudah kukut [abiz], terpaksa ganti asal beli bakso aja. Gak pakai ceker nggak apa-apa. Cari warung bakso lain juga ndak papa, yang penting bakso.

Tas Go green dicari-cari gak ketemu, jadi terpaksa nasi gorengnya besok saja. Yang penting, bapak masih hutang satu piring nasi goreng sama anak mbarep.

Alhamdulillah, acara selesai dan bisa nulis di blog ini.


Semoga Tuhan selalu melindungi keluargaku.
Amin.

YoGyA1212 [dot] com

17 tahun lalu aku menikah dan setahun lalu aku tulis sebuah blog untuk memperingati acara ultah perkawinanku. Rasanya waktu begitu cepat berlalu, tahu-tahu anak-anak sudah gedhe dan sudah tidak bisa diperlakukan lagi seperti ketika dia masih kecil. Apalagi diperlakukan seperti orang tua kita dulu memperlakukan kita, wuah... pasti kaco deh jadinya.

Malemnya, kami sekeluarga [minus ibunya yang pergi ke dokter] main ke rumah beruang coklat. Blogger Cikarang yang jualan coklat khas. Gimana tidak khas, lha wong mengias kue coklat kok pakai printer, tinta printernya juga pakai gula cair [kayak apa tuh bentuk printenya ya?].

Sambil ngobrol naglor ngidul dengan pak Yani [sang penjual], anak-anak milih kue coklat untuk hadiah ultah perkawinan. Kriterianya, yang disukai ibunya adalah yang berbau warna ungu. Maka akhirnya ditemukan juga kue yang dimaksud.


Mengapa memilih coklat?

Katanya, coklat bisa membuat yang makan jadi adem [tenang dan relax], sehingga diharapkan hadiah ini sebagai simbolisasi keinginan kami untuk selalu sabar dalam menjalani hidup ini.


“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" QS Al Baqarah [2] ayat 153

Pagi hari, sehabis sholat jamaah subuh, kusampaikan keinginanku untuk hidup dengan rukun, terutama dalam lingkup keluargaku.

Kumohon pada semua anak-anakku [dan juga aku] untuk mulai hari iri selalu mencoba untuk mengurangi dosa dan menambah pahala. ini memang reminder saja, soalnya tadi malam sehabis sholat Isya sudah kusampaikan di hadapan mereka. Cuma, sehabis sholat tadi anak paling kecil dan anak nomor dua sudah mulai berantem lagi, jadi perlu diingatkan lagi "komitment" tadi malem.

Abis ceramah singkat, kita keluar ke ruang tamu dan aku difoto oleh Haslita Nisa, berpasangan dengan istriku sambil membuka kado kue coklat.




Semoga keluargaku menjadi keluarga MAWAR. Mawadah wa rohmah.
Amin

Senin, 08 Desember 2008

Tikungan Iblis di TIM [29-30 Des 08]


Surprise bagiku waktu dapat sms dari pak Godhor, yang mengabarkan bahwa Teater Dinasti mau mementaskan lagi "Tikungan Iblis"nya di TIM nanti pada tanggal 29 dan 30 Desember ini.

Wah, rencananya mau tahun baruan di Yogya and kangen2an ma mereka je, lha kok malah mereka mau ke Jakarta?! mentas lagi! Apa gak surprise tuh?!

Kebetulan tgl 26 ada acara keluarga di Yogya-Solo and rencananya mau menyempatkan waktu sekalian menghabiskan akhir tahun di kampung halaman.

Lha kok dikabari berita "Penting ini?!" Ya bisa dipastikan gak jadi "Tahun Baruan" di Yogya, alias gagal tahun baruan di Malioboro, and ganti acara di TIM Jakarta.

Mungkin tetep ke Yogya bentar, tapi ya tanggal 27 sudah musti mluncur kembali ke Jakarta.

Maklum, sebagai mantan anggota salah satu group "Teater Tua" di Yogya itu, merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan tersendiri bagiku bila bisa membantu saat mereka punya gawe, entah itu waktu, tenaga dan yang pasti akan senang sekali jika bisa mengajak banyak kawan dan seluruh handai taulan untuk ikut nonton bareng "Pementasan Langka" mereka di Jakarta itu.

Terus terang, aku memang hanya pernah terlibat di beberapa judul pementasan Teater Dinasti sekitar 20 tahun yang lalu, tepatnya pada pementasan terakhir sebelum peristiwa eksodus waktu itu, yaitu "Mas Dukun" di Universitas Brawijaya Malang dan Drama Televisi Yogya "Calon Drs. Moel".

Jadi, betapa berita munculnya kembali group ini di dunia panggung yang lama sekali dinanti-nantikan oleh banyak orang, adalah bukan hal yang berlebihan jika aku katakan itu adalah "Surprise" yang sangat luar biasa bagi dunia perteateran di negri ini.

Agustus lalu memang aku sudah menyempatkan waktu untuk nonton pertunjukkan mereka dengan judul yang sama, "Tikungan Iblis" di Yogya.

Bahkan beberapa minggu sebelumnya pun sempat datang ke Kadipiro tempat dimana mereka berlatih dan berkumpul.

Ketemu lagi dengan Mas Harno, yang tidak berubah.

Ketemu dengan Cak Nun yang sudah mulai memutih rambut dan kumisnya.

Mas Jemek, yang tetap ramah dan selalu renyah. Mas Nevi, Mas Joko Kamto, mas Jujuk, pak Godhor, pak Roni Katili, mbak Roh, mbak Nining, mbak Sita, dsb.

Semua itu jelas membuatku menjadi ingat masa lalu yang dulu pernah kulalui di kehangatan dan keindahan dalam "komunitas Teater" yang sangat menyenangkan dan kaya warna.

Pasti, jika ada kesempatan lagi, meski tidak lagi ikut bermain dalam sebuah "Pertunjukan Teater" bersama mereka, cukup bisa nonton pementasan-pementasan mereka berikutnya, karena memang sikon yang tidak memungkinkan disamping generasi yang berbeda, inya Allah sudah merupakan sesuatu yang sangat membahagiakan hati rasanya.

Apalagi jika bisa turut terlibat langsung dalam "kesukseskan pementasannya" di TIM nantinya. Semoga...amin...ya.. robbal alamin!

Salam hangat buat seluruh crew "Teater Dinasti" yang sedang siap-siap ke Jakarta akhir bulan nanti, semoga kelancaran dan kesuksesan senantiasa menyertai. Amin....

Selamat Hari Raya Qurban


Selamat Menjalankan SHolat Iedul Adha
Semoga Ibadah kita diterima Allah swt.
Amin.

Semoga prosesi "Qurban" yang kita laksanakan benar-benar karena Allah swt.
Amin.

Semoga saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji diterima semua ibadahnya.
Amin.

Go Green



Sabtu dan Minggu ini acaranya tidak ada yang sesuai dengan jadwal. Tiba-tiba suami punya acara lain, jadi sebagai istri yang setia aku dampingi suami ikut semua acara itu.

Sudah lama juga tidak pernah melihat Monas dari dekat.



Acara Go Green lumayan meriah. MCnya bagus, penyanyinya, Novi KDI, juga tampil bagus.




Yang kuajak cuma anak nomor dua. Haslita Nisa, anak yang tidak banyak mengeluh dan tahan untuk berjalan dari Simpang Monas ke Bunderan HI dengan terus tersenyum.




Kamu memang anak baik nak, semoga menjadi anak yang berguna bagi dirimu sendiri dan bagi keluarga serta nusa dan bangsa.
AMin.



ditulsi oleh : Yeni.Eshape@gmail.com

Minggu, 07 Desember 2008

Kencan Ma Suami




Malem Sabtu, tiba-tiba diajak kencan nonton ajang pameran mobil ma suami. Suatu acara yang belum pernah kuikuti.

Ya udah, Sabtu paginya kita berangkat berduaan dengan suami ke lokasi acara pesta mobil.

Acaranya ya ngikuti suami mejeng di depan mobil-mobil cantik. Ada yang harganya lebih dari 1 Milyard. Pakai uang apa ya mbeli mobil semahal itu?


Seharian jalan di pameran itu akhirnya capek juga. Abis makan di Bakso Tembak, langsung saja ngajak suami "nggloso" di sudut pintu.



Dapet hadiah "souvenir" kok dua bungkus rokok. Buat apa ya?
Di rumah gak ada yang ngroko, mau dikasih orang juga kan sama saja dengan ngasih racun ke orang?

Sore-sore pulang dalam kondisi hampir hujan dan macet dimana-mana. Menjelang maghrib baru sampai di rumah.

Apa ya hikmah acara hari ini?

Jalan bareng sama suami deh. Udah lama sih nggak bikin acara ginian. Eh, malah besok ada acara lagi, jalan santai dari simpang Monas ke Budneran HI.

Lha kok jadi bertubi-tubi ya acara di bulan Desember ini. Apalagi, minggu depan ada ultah perkawinanku.

Hmmm, indahnya bulan Desember.






penulis :
yeni.eshape@gmail.com

Jumat, 05 Desember 2008

PANIK

Seperti sore yang lalu, dari kantorku Slipi aku meluncur ke Cawang dengan P9, bis kota yang nggak pernah sepi penumpangnya, bahkan terlampau berjubel setiap harinya. Apalagi jam-jam sore gitu, semua orang cepet-cepetan pengen pulang dari kerjanya.

Namun meski penuh sesak gitu, karena naiknya dari Slipi, jadinya ya lumayan juga bisa dapat tempat duduk n pasti selanjutnya sekalian istirahat di jalan alias terlelap sampai tak terasa selalu bangun pas semua penumpang pada turun di UKI.

Dua hari ini P9 yang kutumpangi hanya menurunkan penumpangnya di tikungan Cawang, karena buru2 mau ke poolnya, padahal mustinya ngelewati terowongan dekat pangkalan 59, inimembuatku jadi jalan kaki yang lumayan jauh buat melanjutkan perjalanan ke rumah dengan airbus 59 tersebut.

Entah kenapa biasanya semangat 45 untuk jalan ke pangkalan, dua hari ini kok lenyap begitu saja. Males rasanya mau jalan, n maunya memanjakan diri dengan naik ojeg aja ke pangkalan 59 itu.

Sebenarnya antara mau dan enggak sih, nyamperin ojegnya. Kebetulan kemaren pak ojeg menawarkan diri, aku juga jadi pura2 jual mahal dengan menawaran ongkosnya 3000 aja, sampai pangkalan 59.

Dalam hati, paling gak mau karena biasanya ongkos ke sana 5000.

Setelah nawar gak ditanggepin dengan berat hati, aku ngeloyor aja hendak naik jembatan penyebrangan yang ada di dekat situ.

Capek deh, dalam hatiku aku mengeluh. Namun ternyata, tiba2 dari belakang pak ojeg tadi kok nyamperin n nyuruh aku segera naik, alias tawaranku diterima."Alhamdulillah..." dalam hatiku.

Sore ini ketika aku harus jalan lagi dari tikungan yang kemaren ke pangkalan 59, aku coba cari lagi pak ojeg yang kemaren itu, dengan harapan gak cape2 lagi nyebrang jauh ke pangkalan 59.

Alhamdulillh, ketemu n sepakat dengan 3000nya seperti kemaren. Tapi ketika turun, aku cari2 ribuan 3 lembar di saku tasku kok agak susah?! Aduh, mana gelap, n tiba2 dari belakang sang 59 yang biasa parkir di tempatku berhenti tadi sudah kasih tanda2 agar pak ojegnya segera minggir atau pergi dari area situ, karena dia musti parkir disitu.

Waduh, aku jadi makin panik n cepat2 kasih uang 3 lembar ke pak ojegnya. Sambil masih pegang selembar 10.000 di tangn kiriku, aku berharap tak salah memberikan jumlah uang ke tukang ojeg itu.

Namun ketika aku masukkan kembali ke kantong tasku lagi, aku lihat juga ada uang 50ribuan disitu, n aku baru ingat kalau memang ada 2 lembar uang 50ribu dalam saku tas selempangku itu. Penasaran, kukeluarkan semuanya,

"Lho kok cuma ada satu ya?! Bukannya tadi ada 2 lembar?!"

Barulah kusadari, kalau yang selembar itu, pasti aku telah salah kasih ke pak ojegnya, karena kukira uang seribuan.

Waduh, rasanya sayang banget deh, rugi 49.000 kan banyak? Aku sudah naik di angkutan 59 yang baru terisi beberapa orang sore itu.

Hatiku bener2 gak enak, mikirin uang 50 ribuku yang kebawa pak ojeg itu. Rasanya ingin turun dan mencari ke tempat aku naik ojeg tadi, mumpung masih di lokasi yang dekat situ, pikirku.

Spontan akupun segera turun dan berpikir mencari tumpangan ojeg lain untuk kesana lagi. Bingung juga jadinya karena memang gak ada ojeg disitu?! Aku lihat di sudut para sopir dan pengurus 59 nongkrong, ada sepede motor yang sedang diparkir. Kalau saja bisa kupinjam, pasti aku pakai sebentar mancari pak ojeg yang kumaksud. Tapi gimana ngomongnya ya?!

Akhirnya, aku coba beranikan diri untuk ngomong ke seseorang disitu yang paling merasa kukenal. Aku ceritakan kejadian singkatnya padanya. Dia mendekat dan mendengar ceritaku sambil manggut2 dan dahinya jadi berkerut. Tapi belum sempat aku menyampaikan maksudku yang sebenarnya, tiba2 tanganku disenggol orang dari belakang sambil menyerahkan selembar uang dan bilang, "ini, uangnya salah kasih 50ribu" katanya.

Subhanalloh, alhamdulillah, walaa ilaha ilallah..." oiya, terima kasih banyak pak!"

Dengan senang hati dan penuh keharuan aku terima kembali uang 50ribuku yang tadinya memang sempat menjadi beban pikiranku itu, ternyata pak ojeg yang baik hati itulah yang mengantarkannya kepadaku. Setelah kutambahi ongkos ojegnya seperti yang diminta sebelumnya, diapun pergi dengan perasaan yang sangat lega.

Aku kembali masuk ke 59 yang telah menungguku dengan perasaan yang juga sangat plong, tentunya! Aku bersyukus ya Alloh, atas nikmat yang kau berikan padaku sore hari ini. Betapapun sering kali aku mengalami kejadian yang tidak menyenangkan karena ditipu orang, kali ini Allah benar2 menujukkan bukti kepadaku bahwa ada sebuah kejujuran yang kutemukan di sebuah tempat yang memungkinkan ketidak jujuran itu terjadi.

Pelajaran yang sangat berharga bagiku, tentang bagaimana kita musti pandai menilai orang lain dengan nurani yang jernih dan tajam.

Subhanalloh..., "semoga Allah berikan rezki yang berlimpah kepada pak ojeg yang baik hati itu, dan kehidupan yang bahagia bagi keluarganya, baik di dunia dan akherat kelak".

Amin....

Kamis, 04 Desember 2008

Lomba Nasi Goreng

lomba nasi goreng..

dari kmarenn aku pengen baget makan nasi goreng....

tapi males bgt buat nyaa..

muncullah sebuah ide yg sungguh2 sangat begitu cemerlang..

dan saat itu pula langsung ku jalankan...

"pak,,, aku punya iddeee..!!" aksi dimulai.

"apa idemuu..??" si Babe jawab sambil rada mmonyong.
"bagemana klo bapak en ibu ikut lomba masak..?? ntar aku jadi jurinya...!!"
"boleh itu...!! masak apa..??"
"mmm.." aku pura2 mikir.
"nasgor aja..!!" aktingku mengagumkan untuk hal hal yang begini.
"tapi, ibumu mau ndak..??" si Ibu yang lagi nyapu di lokasi langsung pasang gaya.
"ah.. ibumah ga perlu ikut lomba gituan,, ya pasti jelas ibu yang menang... " Nyombong mode ON. Rencana berjalan

baik.
"ah ibumu udah ngomong gitu duluan,, biar ga lomba gitu,, takut kalah kaliii...." bapak kepancing.
"enak aja,, nasi goreng ibu itu jauuh lebih enak dari punya bapak..!!"
'bla bla bla'
Mereka mulai asik nyombong sendiri.



babak pertama berhasill...




Akhirnya, ibu yg semangat pantang kalah nya telah dikobarkan oleh intimidasi bapak mulai menyiapkan nasi

gorengnya..



bapak+ibu belanja buat bahan nasi goreng (ini kejadian langka.),, Mereka pingin nasgornyA enak n menang...



babak kedua berhasil lagi dengan mulus...




setelah sempet kertunda karna kursus masak,, akhirnya lomba dimulai pada mlm hari,, sekitar jam 7-an..




otakku mulai berpikir.. klo bapk+ibu mo lomba, otomatis ada patner nya,, n klo gitu biasanya jurinya pasti yg

paling kecil,, yg gg bantuin,, yg cuman bisa nyicip,, dan itu berarti jurinya udah pasti bukan aku..melainkan si

boncel lilo..

otakku bekerja lagii..



--kilas balik nih...--



sore hari.. 5 p.m



aku ngerjain tugas bikin katalog.. sudah di sketsa, dan di garisin,, tinggal mewarnai..

sret sret sret... aku mewarnai dengan hawa stres yang bertumpuk 15 kilo..

saat ku balik.........



jder!! ada garis mleok tak dikenal yang menghiasi gambar ku.. berlika liku nggak jelas... dalam arti lain -JELEK-

mungkin sang pelukis garis itu berencana nebelin garis pinggir batang pohon.. tapi karna tangannya KECIL jadi mleak

mleok..

sudah jelas pelakunya LILO.

KuMaki tiada henti tu anak,, dia ga mau ngaku,, sok belaga innocent..

setelah kupandang dengan tatapan menampar,, barulah dia ngaku..

--kilas balik selesai..--



voila! ide muncul.



"luk! ayo keluar kamar..!! katanya mau lomba..?" bapak masuk ke kamar. ngeliatin aku yang lagi ngelanjutin katalog.
"pak, gara2 lilo kerjaanku jadi ga jelass..!!! nyebeliin bgt,,,, aku dari tadi jadi ga selese2..!!! katalogku blom

selese..!!" -ini beneran-
"yaudah,, ayo bantuin bapak dulu, kan mau jadi patner..!!", kayaknya bapak nggak ngerti maksudku. ato nggak peduli.
"katalogku loo belum seleseee...." akhirnya aku ngomong juga.
"yaudah kamu selesein aja diluar, sambil bantu n liatin" Wadooh, sama bae atuh..
Tapi ku Tak menyerah.
"nggak enak di luar..."
"kamu maunya dimana..?" Yess, aKhirnya nanya juga.
"di kamar!!" Kujawab langsung. dengan spontan. Karna emang itu maksudnya.
"yaudah sana, selsein,, tapi nanti keluar ya..!"
"okie..!!"



babak ketiga.. gitu deh...



srat sret..

aku ngelanjutin katalogku..soalnya beneran blom selese.. coretan mulai ngga jelas tapi no problem..



10 menit berlalu dan katalog selesai..-yeiiy-



tiba2 bapak masuk, manggil keluar.

tepat pada waktunya.


"nih, dah jadi.. tapi punya ibu belom.. kamu rasa dulu punya bapak deh... pasti jauuh lebih okkeh dari punya

ibumuh.."

taktik menjadi JURI berhasil.


"nunggu punya ibu aja dulu.. biar bareng makannya.." kayaknya punya Babbe masih kepanasan.

"yah, ...." babe pause. trus dilanjutin lagi..
"yaudah deh.. meskipun agak dingin tetep aja punya bapak lebih mantabb dari punya ibu.." Bapak mulai lagi.



ibu masih srang sreng berdua ama si lita. aku, bapak dan si BONCEL menunggu, hingga..



"eh,, menurut kamu kita lomba ini ngelombain rasa ato ngelombain tampilan..?" kata bapak ketika liat nasgornya

ibu,, penuh dengan kreasi. Dihias hias, pake telor ceplok, deElEl.

"yah, tergantung,, kalo ada hiasannya kan menambah rasa.." aku mulai laper. punya ibu kayaknya enak.
"yaah.. kamu ntar belain si ibu lagi.."
bapak mulai lagi..


akhirnya,,

waktunya cicip..



punya ibu enak.. pedes sikit, ada telor ceplok, timun, deelel..


klo punyanya bapak...

maniiis.. tapi asiiiin...

enak juga sih...


..Jadi bingung..... @.@

Kerja Rodi

KmaRen ada kerja rodi di kelas 9.1.

Pokoknya kelas tuh ribuuut banget kayak kebon binatang.

Banyak anak yang seliweran.

buat cari contekan.

anak cowok yang udah stres pada maen gitar.

ada yang maen drum, kejar-kejaran, treak-treak, GajeLas baNget pokoknya.

dan ini semua gara gara Bu *****.



--Kilas Balik--




"Mulai minggu depan, ibu nggak bisa masuk selama beberapa bulan, jadi kalian belajar sendiri. Nggak papa kan..?"
Kata bu Guru XXX.


"iYaaa buuu....."Anak2 pada kompakan jawabnya. Kenceng banget. Dalam Hati pasti pada sorak sorak bergembira. Sang

Guru tuKang dongeng bakalan absen. Siapa yang nggak seneng coba..??


"Nanti tiap jam ibu, kalian ngerjain LKS satu bab ya..? di kertas selembar. Jadi pas ibu pulang LKS nya dah diisi

semua. Nanti pas ibu pulang sudah harus dikumpulin. LKS ekonomi sama Sejarah. paham?"
anak-anak pada iya-iya aja. kan waktunya banyak...



--Kilas balik selesai--



beberapa bulan kemudian...

Anak2 pada kalang kabut. Soalnya hari itu juga SEMUA selebaran kertas LKS sejarah mesti dikumpulin. Sedangkan ga

ada satu bab pun yg udah dikerjain. TERLALU SANTAI.

alhasil kerja rodi pun di mulai,


LKS Sejarah

4 jam, 9 bab.

Masing-masing soal lebih dari 70 soal.

klo misalnya diitung mungkin 630 jawaban. dan itupun nulis soalnya.

belom lagi essaynya..

sama LKS ekonomi yang soalnya 2 kali lipat lebih gila.

Pokoknya kelas AncuR banget.

Meja sembarangan.. kursi pada kebalik, lantai pecah, atap roboh, ada kambing, kebanjiran.. (Waduuh... bo'ong

banget...XD)






aKu ngerjain. Berdua ama Della. TANPA NYONTEK.. (aku kan anak yang baik dan rendah hati..X3) Tapi si DELLa nyontek.


Karna kesel. Aku cuman nulis soal doang. Semua Jawaban itu urusan nanti.. (pantesan gG nyontek..Hhehehe)


Kita Ngerjain sambil dengerin anak2 yang udah putus asa maenin gitar. nyanyiin lagu Terserah.




Anak2 pada stres. Bingung mau nyontek sama siapa. karna kebanyakan pada belom juga.


entah bagemana caranya mereka tiba2 dah ngumpulin semua. KECUALI AKU.


Mungkin mereka ngumpulin soal doang kali, ya..?



bodo ah..


aKhirnya karna sebel campur dendam. aKu bawa aJa kerjaan ke rumah, toh si Guru IPS blom pulang..



lalu Di rumahku Neraka Season 2 pun Dimulai.






++Besoknya aku ngumpulin. semua telah kujawab. 80% aku jujur. Rasanya LeeEeeeeeGAaaaaaaaaaaAAaaAAaaaa Bgt.
++HoReee^o^

Selasa, 02 Desember 2008

Dokter [jadi-jadian]

Rika sakit kudis dan tetap masuk sekolah, sehingga banyak temannya yang menjauhinya. Kalaulah mereka mendekat, maka bukan untuk menghiburnya tapi justru mengejeknya.

"Ayo Rika, kita main di luar. Disana banyak lalat yang menunggumu. Kamu pasti menjadi santapan lezat mereka," kata Alex mengejek.

Rika hanya diam. Hatinya sedih. Lama-lama meneteslah air matanya membasahi pipi.

Begitu cerita yang tertulis di PRnya LiLo [anakku yang masih SD].

Cerita ini mengajarkan anak-anak untuk tidak membedakan teman. Kalaulah ada Alex yang begitu jahat pada Rika, maka ternyata di akhir cerita ada juga kawan-kawan Rika yang rupanya adalah sahabat Rika yang tetap setia menemani Rika dan menghiburnya.

Tuhan yang menciptakan sakit dan Tuhan pula yang mempunyai obatnya. KepadaNyalah kita bermohon untuk disembuhkan.

Bila kita mampu menerima sakit yang diderita dengan ikhlas, maka bukan tidak mungkin dosa-dosa kita akan berguguran bersama keikhlasan kita itu.

Saat musim hujan ini, maka biasanya ada tiga penyakit yang menjadi langganan. Tiga penyakit itu muncul karena kebersihan lingkungan yang kurang akibat hujan yang terus turun dan drainasi yang kurang baik.

Banyaknya nyamuk di musim hujan tentu akan menyebabkan tingginya angka penyakit Demam berdarah. Jadi siap-siaplah untuk selalu menjaga lingkungan [buang sampah pada tempatnya, timbun sampah dan jangan dibakar, pastikan tidak ada hambatan di selokan/got, bak mandi selalu rajin dikuras, tidak ada genangan air dan siangi kebun untuk menjaga nyamuk aedes aegepti].

Penyakit lainnya yang menjadi langganan musim hujan adalah diare dan influenza [flu]. Dua penyakit ini dapat dicegah dengan cara selalu menjaga kebersihan tangan saat makan, jangan suka jajan di sembarang tempat, banyak makan buah dan minum air putih [hangat].

Khusus diare, usahakan ada oralit di rumah, sehingga bila ada yang terkena penyakit ini dapat langsung diminumkan agar tidak terjadi dehidrasi. Terlalu sering buang air besar akan membuat cairan dalam tubuh terbuang keluar, sehingga terjadi dehidrasi, tubuh akan menjadi sangat lemah dan penyakit lainpun akan mudah masuk, bila tidak segera diobati.

Memang sebenarnya kunci sehat itu mudah, tapi sering dipersulit oleh diri kita sendiri. Kesibukan kerja dan kemalasan makan buah/sayur dan olah raga sering membuat tubuh kita menjadi rentan terhadap penyakit.

Jauhi "junk food" meskipun penampilannya begitu menggoda dan mudah dibuat/didapat. Usahakan selalu sarapan pagi, meskipun hanya sepotong kue, sebutir telor, satu paha ayam, dua ekor ikan gurami, sepiring nasi liwet dan segelas susu [halah ini mah makan besar!:-)].

Badan kita juga penuh dengan air, sehingga asupan air [minum] yang cukup akan membuat tubuh kita menjadi nyaman. Air yang hilang karena kegiatan tubuh kita akan tergantikan dan ini membuat kulit jadi tidak kusam, kepala tidak pening karena peredaran darah yang tidak lancar.

Wah, aku kok kayak dokter aja ya?

Padahal itu hanya hasil bacaan di tabloid-tabloid aja. Mohon para dokter yang ahli dapat mengkoreksi tulisan ini [corect me if i'm wrong=CMIIW].

Kalau ternyata masih sakit juga, maka berobatlah ke dokter yang benar, jangan sekali-kali ke dukun [apalagi ke dukun beranak, halah ..... !!!]

Setelh berobat [dengan benar] ikuti dengan doa pada Yang Maha Menyembuhkan.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).

Salam

Senin, 01 Desember 2008

Kesepian ORTU

Saat main FUTSAL, ketika aku mencoba memotong sebuah umpan silang, maka striker lawan rupanya sudah begitu bernafsu untuk menerima umpan itu.

Akibatnya kepalaku terpaksa menerima ayunan kakinya, dan akupun terkapar di depan gawangku.

Sesaat aku inget adegan Peter Chech [kiper Chelsea] yang dihajar oleh striker lawan dan tidak bisa main sampai berbulan-bulan. Kemudian kusadari bahwa aku sudah dikerumuni oleh para pemain kawan maupun lawan.

Wasitpun menghentikan permainan. Bertanya padaku,"main lagi?".

Akupun dengan senyum [terpaksa] menjawab dengan gelengan kepala [yang terasa "senut-senut"] dan langsung ngeloyor pulang. Mumpung badan masih kuat membawa kepala ini, maka segera aku menuju kamar mandi, menyiram kepala dengan air dan langsung masuk mobil.

Besoknya, istriku baru nyadar, kalau lukaku cukup parah. Kalau dilihat dari depan, maka sisi kanan kepalaku terlihat lurus sedangkan sisi kirinya terlihat menggelembung [alias "abuh" bin bengkak].

Sudah lima hari berjalan dan kalau diraba kepalaku masih terasa sakitnya. Namun rasanya kalau diajak main FUTSAL lagi, aku kok masih oka-oke saja ya?

Cuma untuk kali ini, mungkin banyak yang keberatan kalau aku masih main FUTSAL. Kata mereka,"wis tuwo kok ora nyebut" [sudah tua kok masih gak mau merasa tua].

Apa sih yang didapat dari main FUTSAL?

Aku bingung juga kalau mau menjawab pertanyaan itu. Menurutku, saat ini hanya FUTSAL olah raga yang dapat kuikuti. Selain itu, hampir tidak ada waktu untuk olah raga lainnya.

Sepedaan, sudah gak ada yang mau nemanin. Anak istri sudah punya kesibukan sendiri-sendiri bila hari libur tiba.

Renang juga masih tidak mungkin. Telingaku masih sakit dan pesan dokter [dulu], sebaiknya aku jangan berenang dulu, sampai yakin bahwa telingaku sudah sembuh bener.

Jalan kaki juga sudah nggak sempat lagi. Kecuali kalau mau jalan kaki sendirian saja. Cuma rasanya aneh kalau punya anak istri tapi kok jalan kaki sendirian. Aku terbiasa melakukan olah raga bareng anak istri.

Atau begitukah memang nasib orang tua?

Saat anak-anak masih SD, maka dengan mudah kita akan ditemani oleh anak-anak, bahkan kalau kita pergi tanpa mengajak mereka, maka mereka akan ngambeg.

Mereka sangat senang diajak bepergian oleh ortunya, kemanapun kita pergi, maka mereka akan dengan senang hati menemani kita.

Aku jadi inget seniorku yang membangun rumah besar, lengkap dengan beberapa buah kamar besar pribadi, kamar tamu dan kamar pembantu. Fasilitas olah raganya juga terbilang lengkap.

Sekarang apa yang terjadi?

Anak-anak mereka sudah punya pasangan sendiri-sendiri, sehingga rumah itu jadi kosong tak berpenghuni.

Lebih banyak pembantu di rumah itu dibanding yang punya rumah.

Aku tidak bisa membayangkan bila dia makin tua. Siapa yang akan merawat mereka, siapa yang akan menghibur mereka.

Bukankah saat orang tua menjadi semakin tua, maka mereka akan kembali menjadi seperti anak-anak. Ingin dimanja, mau menang sendiri dan suka bertingkah yang aneh-aneh.

Beda banget dengan rumah temanku yang lain, yang sampai saat ini masih ngontrak rumah yang kecil dan tinggal bersama dengan anaknya, menantunya lengkap dengan cucu-cucunya.

Mereka hidup dengan penuh perjuangan, tapi tidak kesepian. Selalu saja ada yang menemani mereka, entah itu anaknya, menantunya, cucu-cucunya ataupun tetangga dekatnya. Mereka hidup dalam komunitas yang jauh dari kaya raya, tapi terlihat ada untaian kasih sayang yang melingkupi kehidupan mereka.

Bandingkan dengan sepasang orang tua di rumah mewah yang "jauh" dari tetangga.

Sungguh sebenarnya Tuhan telah mengatur kehidupan ini dengan sempurna. Tinggal kita yang harus menjalaninya dengan penuh keyakinan, bahwa yang terbaiklah yang sedang kita jalani saat ini.

Mari kita jadikan sholat dan sabar sebagai penolong kita.
Semoga kita dikumpulkan Allah di dalam golongan orang yang bertakwa.
Insya Allah. Amin.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya...." (al-Maa`idah [5]: 35)

Lomba Masak [Bapak vs Ibu]

Setelah beberapa kali ditunda, akhirnya acara lomba masak antar ortu berlangsung juga. Hal ini terjadi karena kegigihan anak-anak "memaksa" ibunya untuk ikut acara ini.

Ibunya ogah-ogahan karena baru saja masak kare [versi lengkap], kok terus diajak lomba masak nasgor.

"Lha siapa yang mau makan kareku, kalau semuanya nanti makan nasgor?"

Dengan wajah sedikit menunjukkan perlunya lomba masak, maka akhirnya anak-anak berhasil memaksa ortunya untuk tetap mengadakan lomba yang sudah berkali-kali tertunda ini.

Suasana memang kurang kondusif. Apalagi pasanganku sedang asyik mbaca Donald bebek. Wah, pasti nggak bisa konsentrasi mbantu masak nih. Apalagi "lawan" tandingku mulai melancarkan psywar tentang kekompakan bapak dan anak laki-lakinya.

Alhamdulillah, biarpun dengan banyak rintangan, akhirnya selesai juga masakanku.



Cuma, memang harus diakui ada beberapa hal yang menunjukkan kekurang kompakan antara bapak dan anak laki-lakinya, antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Lilo memasukkan telur mentah bersama dengan bawang merah, bawang putih dan garam [meskipun sedikit, tetapi sudah menimbulkan keretakan tim, karena saling beradu argumen]
  2. Lilo berkali-kali menambahkan garam dalam adonan bumbu [sambil merengut, karena merasa benar], sehingga aku terpaksa menambahkan serutan gula jawa.
  3. Tanpa ba bi dan bu, tiba-tiba LiLo kembali menaruh garam ketika nasi sedang kugoreng [kali ini dilakukan dengan hit and run, benar-benar menguji kesabaran bapaknya].
  4. dll deh
Meski begitu, akhirnya LiLo tersenyum dengan wajah "tanpa dosanya", soalnya nasi gorengnya memang enak tenan.

Sayangnya, harus kuakui bahwa di beberapa tempat ada rasa asin yang tidak merata. Soalnya pas mau diangkat pas di kasih tambahan garam sama LiLo.

Ibunya sendiri sangat kompak dengan anak kedua, sehinga terciptalah nasi goreng yang lezat dan bergizi seimbang [ini kampanye istriku agar dimenangkan oleh dewan yuri].

Bagaimana tidak, di piring untuk yuri tersedia tomat, timun dan disajikan dengan piring [aku sendiri menyajikannya dengan mangkok].

Keputusan dewan Yuri agak lama disampaikan. Rupanya anak mbarep segan menyampaikan keputusannya, akren angeri lihat bapaknya yang sudah merasa menang.

Intimidasi dari bapaknya, selama lomba berlangsung memang sangat intens, sehingga hasil lomba yang tidak berpihak pada bapaknya membuatnya sulit untuk berpendapat.

Keputusan kekalahanku baru disampaikan ketika aku masuk kamar.

Yah, akhirnya diputuskan nasi gorengku memang enak, sayangnya ada yang keasinan. Sedangkan nasi goreng istriku memang enak [juga], kekurangannya adalah kurang pedas [punyaku malah gak pedas sama sekali].

Total jendral, pemenangnya adalah istriku dan anak nomor dua.